Secara
Etimologi, Dieng memiliki pengertian gabungan dari dua kata bahasa kawi yaitu "di" yang
berarti "gunung" dan "Hyang" yang bermakna (Dewa). jika
digabungkan, Dieng berarti Gunung tempat Dewa-dewa bersemayam
Dieng adalah kawasan
dataran tinggi di
Jawa Tengah, yang masuk wilayah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo. Letaknya berada di sebelah barat kompleks Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dieng adalah kawasan vulkanik aktif dan dapat dikatakan merupakan gunung api raksasa dengan beberapa kepundan kawah. Ketinggian
rata-rata adalah sekitar 2.000 m di atas permukaan laut. Suhu berkisar 15—20°C di siang hari dan 10°C di malam hari. Pada musim kemarau (Juli dan Agustus), suhu udara dapat mencapai 0°C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh penduduk setempat disebut
bun upas ("embun racun") karena menyebabkan kerusakan pada tanaman pertanian.
Secara administrasi, Dieng merupakan wilayah Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara dan Dieng ("Dieng Wetan"), Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Wilayah ini merupakan salah satu wilayah paling terpencil di Jawa Tengah.
Di lembah pegunungan ini masih banyak sekali mitos-mitos maupun kejadian kejadian yang masih mberbsu mistis, salah satunya adalah adanya Bocah Gimbal
Bagi kebanyakan orang, rambut gimbal adalah pilihan untuk
mencerminkan gaya hidup. Tidak demikian dengan gimbal yang banyak
ditemui pada anak-anak kecil di Dataran Tinggi Dieng. Sebagai tanah yang
dipercaya sebagai tempat bersemayamnya para dewa, aura mistis dan
berbagai mitos masih sangat kental terasa dalam kehidupan masyarakatnya.
Salah satunya yang paling menarik adalah fenomena anak gimbal ini. Anak
gimbal Dieng terlahir normal, sama dengan anak-anak yang lainnya. Pada
suatu fase,
tiba-tiba rambut mereka berubah gimbal dengan sendirinya. Berbagai
penelitian untuk menyelidiki penyebabnya secara ilmiah belum membuahkan
hasil.
Rambut gimbal tidak akan selamanya bersarang di kepala si anak gimbal. Melalui sebuah prosesi, rambut ini harus dipotong karena ada
kepercayaan bahwa jika dibiarkan hingga remaja maka akan membawa
musibah bagi si anak dan keluarganya. Prosesi pemotongan tidak boleh
sembarangan. Anak gimbal sendiri yang menentukan waktunya. Jika dia
belum meminta, maka gimbal akan terus tumbuh walaupun dipotong
berkali-kali. Selain ritual-ritual yang harus dilakukan, sang orang tua
juga harus memenuhi permintaan anaknya. Apapun permintaan mereka, seaneh
dan sesulit apapun, harus disediakan pada saat prosesi pemotongan
rambut. Ada-ada saja yang diinginkan oleh mereka. Dari yang wajar
seperti sepeda atau sepasang ayam, yang aneh seperti sepeda motor dg merk Ini dan itu
Menurut Guide yang menemani kami, Setiap bulan Sura dalam penanggalan Jawa, diadakan
prosesi ruwatan massal di kompleks Candi Arjuna. Anak-anak gimbal
dimandikan dengan air dari 7 mata air, diarak dan dilempari beras kuning
dan uang koin, kemudian dipotong rambutnya oleh pemuka adat yang
kemudian melarungnya di Telaga Warna. Namun beberapa orang memilih untuk
melakukan prosesi dan acara sendiri. Ada rasa tidak tega melihat
anaknya harus memakai ikat kepala putih dan selendang dari kain mori
yang biasa digunakan untuk membungkus mayat. Apalagi prosesi pelemparan
beras kuning dan uang koin juga biasa dilakukan untuk upacara pemakaman
jenazah orang yang sudah meninggal.
Di Lembah ini kami mengunjungi berbagai tempat yang menurut kami sangatlah wonderful semua
diantaranya adalah
- Berbagai Candi
Candi Dieng pertama kali diketemukan kembali pada tahun 1814. Ketika
itu seorang tentara Inggris yang sedang berwisata ke daerah Dieng
melihat sekumpulan candi yang terendam dalam genangan air telaga. Pada
tahun 1856, Van Kinsbergen memimpin upaya pengeringan telaga tempat
kumpulan candi tersebut berada. Upaya pembersihan dilanjutkan oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1864, dilanjutkan dengan
pencatatan dan pengambilan gambar oleh Van Kinsbergen.
Luas keseluruhan kompleks Candi Dieng mencapai sekitar
1.8 x 0.8 km2. Candi-candi di kawasan Candi Dieng terbagi dalam 3
kelompok dan 1 candi yang berdiri sendiri yang dinamakan berdasarkan
nama tokoh dalam cerita wayang yang diadopsi dari Kitab Mahabarata.
Ketiga kelompok candi tersebut adalah
1. Kelompok Arjuna,
2. Kelompok Gatutkaca,
3. Kelompok Dwarawati dan satu candi yang berdiri sendiri adalah
Candi Bima.
Setelah melihat beberapa candi kamipun menuju beberapa kios oleh2 khas
Dieng, tapi disini saya belum punya keinginan untuk membeli oleh-oleh,
karna perjalanan masih panjang, nanti malah kerepotan mbawanya, dikios
ini hanya pingin minum minuman khas Dieng yang konon bisa menambah
tenaga bahkan menurut kabar yang berkali-kali diucapkan oleh sang guide,
minuman dari sari Purwaceng ini jg bisa menambah vitalitas dan tenaga
kembali muda ( ciiiiahhh...mesti penasaran banget ni.....)
Purwaceng hanyalah salah satu jenis tumbuhan yang dulu banyak tumbuh liar di Dataran Tinggi Dieng. Apa yang istimewa? Tanaman ini sering diasosiasikan sebagai obat kuat pria atau Viagra van Java. Sangat menarik untuk membuktikan khasiatnya. " kalo di korea punya Gingseng di Dieng Punya Purwaceng Mas.... " itu kata penjualnya hehehehe....
Bagi penduduk Dieng, ramuan ini sudah tidak diragukan lagi
khasiatnya. Konon purwaceng sudah mulai dikonsumsi sejak jaman kerajaan
Hindu, namun masih terbatas di kalangan raja dan bangsawan saja. Seiring
perkembangan jaman, rakyat biasa mulai diperbolehkan mengonsumsinya.
Penduduk lokalpun mulai memburu tanaman liar yang tumbuh dimana-mana
sepanjang Dataran Tinggi Dieng ini. Akibatnya purwaceng sempat menjadi
tanaman langka yang terancam punah. Tidak ingin kehilangan asset tanaman
berharganya, penduduk mulai membudidayakannya untuk keperluan komersil.
1 Gelas Kopi/Susu + Purwaceng kemarin saya beli senilai 5.000 rupiah
sedangkan 1 botol khusus ekstrak purwaceng dihargai Rp. 100.000 rupiah
sambil ngrayu ngrayu penjualnya saya beli 1 botol dapat bonus 2 sachet kopi purwaceng...( lumayan...)
sampean pingin njajal ga' bro....? hehehehe
Setelah minum minum purwaceng perjalanpun berlanjut dengan sasaran menuju Kawah
Dieng memiliki banyak kawah diantaranya adalah kawah
- Candradimuka
- Sibanteng
- Siglagah
- Sikendang
- Sikidang
- Sileri
- Sinila
- Timbang , namun yang pertama kami tuju adalah kawah Sikidang,
Kawah Sikidang ,
memasuki kompleks kawah ini. Sejauh mata memandang, hanya hamparan
tanah tandus dikelilingi perbukitan dengan kolam yang terus menerus
mengepulkan asap . Beberapa meter dari pintu masuk terdapat sebuah papan
peringatan agar Anda berhati-hati dalam melangkah, serta larangan
menyalakan api dan membuang puntung rokok.sebelum masuk ada sekelompok pemuda yang menghibur dengan musik dangdut yang dimainkan memakai Angklung, cukup membuat semangat memasuki area ini
Disebut kawah sikidang karna kawah disini suka
berpindah-pindah, seperti kidang suka meloncat loncat dari tempat yang
satu ketempat lain
Bagi yang memiliki penyakit ashma atau yang berhubungan dengan
penyakit-penyakit pernafasan dimohon memakai masker, karna bau belerang
yang sangat kuat
tampak juga disini penduduk dieng yang menjual hasil alam berupa
belerang dan serbuk belerang yang katanya berfungsi untuk menghilangkan
gatal gatal dan pegal pegal, tergantung kita betah apa ngga' dengan
aroma belerang tersebut
Setelah puas dengan pemandangan Kawah sikidang kami
melanjutkanperjalanan menuju Gedung Bioskop...( hahahaha...dipuncak
gunung yang tinggi kok ada bioskopnya,..ternyata gak hanya di Mall doang
khan..? )
iya gedung bioskop ini dinamakan Dieng Plateau Theater
Dieng Plateau Theater merupakan bioskop mini yang memutar film edukasi mengenai
Kawasan Dataran Tinggi Dieng. Bangunan ini memiliki ruangan audio visual
dengan daya tampung sekitar 100 orang. Film yang diputarkan merupakan
film dokumenter yang menjelaskan sejarah dan kehidupan di Dataran Tinggi
Dieng. Film yang diputar berjudul "Dieng Negeri Khayangan" atau God Adobe,
memiliki subtitle dalam
Bahasa Inggris sehingga dapat pula dinikmati oleh wisatawan
mancanegara. Film dokumenter berdurasikan 22an menit ini bercerita tentang
asal-muasal terjadinya Dataran Tinggi Dieng yang berawal dari letusan
gunung raksasa, kejadian geologi,
seni dan budaya, obyek wisata, kehidupan sosial masyarakat Dieng,
kejadian Kawah Sinila pada tahun 1979 yang menewaskan ratusan warga,
sejarah rambut gimbal anak-anak Dieng, tradisi ruwatan anak gimbal,
hingga fenomena embun salju yang turun pada musim kemarau atau biasa
disebut "embun upas". Walaupun durasi filmnya relatif pendek, namum
menyajikan informasi yang menarik dan edukatif.dan yang mengherankan
lagi saat didalam gedung ini banyak suka yang tertidur, saya sendiri
melihat kanan kiri saya lagi tidur....dalam benak saya, " wah kok
pada tidur, gimana bisa tau cerita lengkapnya...?" eeee....lha dalah lha
kok tiba tiba saya juga ikut ketiduran, hahahaha
setelah melihat pemutaran film tersebut rasa ngantuk dan sedikit lapar
mulai menghinggap, dan tampak di sekitar DPT banyak terdapat warga yang
menggelar lapak, Kentang goreng dan jamur krspy....hmmmm santap aja....
Perjalan dilanjut menuju Telaga warna
Telaga warna merupakan telaga yang eksotis di dataran lembah
dieng , telaga yang memiliki berbagai warna ini memiliki banyak cerita,
namun sayang sejauh mata saya memandang telaga ini warnanya hanya hijau
ke biru-biruan, saya sudah berusaha mengambil angel dari berbagai sudut
tetap saja warnanya gak berubah
Berdasarkan cerita cerita teman yang suka mendaki gunung Ternyata ada trik
untuk menikmati keindahan telaga ini. Di pintu belakang terdapat sebuah
jalan setapak menanjak ke arah salah satu bukit
Jalan tanah ini sangat sempit, hanya cukup untuk dilewati satu orang
saja. . Beberapa ratus meter
mendaki, sampailah di puncak bukit dengan pemandangan yang akan membuat
siapa saja terpesona. Di bawah sana, telaga warna terhampar indah
dikelilingi oleh rimbunnya hutan. Air di pinggir telaga berwarna ungu
cantik, bergradasi dengan warna hijau di tengah, dan hijau pucat di
pusat telaga. Di ujung sebelah sana, sebuah padang rumput sempit
memisahkannya dengan telaga jernih yang ternyata sering disebut Telaga
Pengilon atau telaga yang bisa dipakai untuk berkaca.( sayang saya hanya punya waktu terbatas )
Disekitar telaga ini juga terdapat bermacam-macam goa
Diantaranya adalah
goa semar
goa sumur
goa jaran
goa pengantin dan lainnya
setiap goapun mempunyai sejarah sendiri-sendiri, mungkin anda bisa
browsing satu persatu di internet, karna sampai sini sang guide juga
sudah kelihatan agak lelah, dan kami ga' tega bertanya tanya panjang
lebar, hanya mendengarkan sekilas sekilas saja
Bersambung...............Wisata DIENG PLATEU Dibalik Misteri Lembah Singgasana Para Dewa ( Part II )